Pages

MENDEKAP RINDU


mendekap rindu
 ali makhmud


gemuruh belahan jiwaku
memangkas sebagian asa
melihat arusmu yang pelahan namun pasti
kembali ke tengah samudera
tanpa kata

aku pernah memanggilmu dengan resah
bersama selaksa asa yang masih tersisa
namun panggilku tak tejawab
dengan nama pribadi

tepat diujung penantianku
kau tampak tersenyum
dengan semangat kemenangan
atau pula kekalahanmu
yang senantiasa mendekap rindu


0908’


TRAGEDI HUJAN


tragedi hujan
 ali makhmud


hujan, kau kurung gelisah
dengan riakmu
aku terbelah dalam dua rasa
atas karunia dan harusku

maafkan aku kekasih
aku yang tak lagi pahami
nikmatmu, hari ini

maafkan aku kekasih
atas alpaku merindumu
harap dalam cemasku
melumatkan hadir dihadapanmu

hujan, semakin kau tenggelamkan
ke dalam persoalan
aku tak ingin kejam
memaksa keinginan
untuk terus berjalan, kembali

pulang


EJA WAKTU


eja waktu

ali makhmud

dzikirku berhembus
menerbangkan layang-layang
putus . . .
bayangnya menembus nirwana
isyarat merindui tempat lahirku



DIPARUH SENJA

    
diparuh senja
    ali makhmud


diparuh senja merona
guratan pelangi
membiasi ruang mimpi

geliat rasa sepintas
singgah diterpamu
memekikkan rindu
pada dahaga dekap
dan ronta kenakalanku
manja membayang disetiap
jengkal kata
gemulai, menanti orgasme
rindu pada diam

diparuh senja, kini
tergantung gejolak rasa
mendeteksi birahi mimpi
menggauli kapas beterbangan
mengejar angin yang tak
beraturan

di sini aku menanti


110505


PENTAS DIRI

      
pentas diri
 ali makhmud


lelahku terlepas dengan lelapnya
pada alas menghilang
dalam rumah

lintasan warna terangkai
indah di batasan harap
bingkai jendela
menghantarkan dialog

pentas diri

MENANTI SENJA


menanti senja
 ali makhmud


mega masih perkasa membelah warna
sementara mendung tetap menggelayut

matahari dengan setia pada duduknya
menunggu senja
yang sebentar lagi menghampirinya
dan ketika
binntang dengan senyumnya
menunggu kembali
ke peraduannya


1703

CERITA JALAN RAYA


cerita jalan raya
 ali makhmud


“ apa kau tak lelah mnempuh perjalanan sepanjang ini,sendiri ?”
‘ aku pasrahkan pada waktu…, atas semua diri ini ‘
“ bagaimana dengan asap pembungkus dirimu, juga telaga hausmu, pun demikian pula pematang-pematang itu ?”
‘ bismillah ‘

mereka bertiga sejenak dalam diamnya
tatkala abjad terakhir mengukir jawaban
tak tahu
apakah mereka paham,
                                    mengerti,
                                                atau malah berprasangka
pada waktudan sepanjang jalan
yang sama terlewati
aku semakin tak peduli
apakah angka pada setiap lingkar waktu
masih tetap sama ? atau justru mereka menghilang ?!
barangkali yang harus aku kerjakan
adalah apa yang harus kulakukan
meski harus mengumpulkan
serpihan waktu

dan merangkainya kembali.

KALAH, AKU


kalah, aku
 ali makhmud


kudapati tali yang
hampir saja terputus
menjeraturat nadi
mengais gemerlap asa
tersisa

      kau terbahak dalam gelisah.

MAAF, AKU TIGA PER EMPAT


maaf , tiga per empat
 ali makhmud


aku kihalangan daun
pun ruas-ruasnya
saat seperempat pergantian
bergulir menghampiri
dini hari
terbaring sendiri




RINDU AKU

rindu aku
 ali makhmud

aku terbaca diantara deretan
bawah kubah
merindui dia
pada batasan batas
tak terbatas

aliran berair mata
kuyubkan lusuh
baju kotor
atas tanah

angin terbangkan
pada cakrawala membisu

aku tertuduh
daun lingkar beku
rindu pada syahdu

nyanyian lima waktu.

PANGGILKU TAK TERJAWAB


panggilku tak terjawab
 ali makhmud


aku terbungkus
dalam panggilku tak terjawab
atas nama pribadi

memanggilku kembali
rindu pencarian
angka-angka
atas nama pula
pun tak mampu kuraih

kembali terbingkai
waktu yang syahdu
mendentangkan rindu

atas panggilan tak terjawab

Oret-an Paling Ajur